Sunday, 31 May 2015
6 Jenis wanita yang tidak patut dikahwini dan dijadikan isteri
“Jangan kamu kahwini wanita yang ada enam sifat ini, yang ananah, yang mananah, yang hananah, yang hadaqah, yang basaqah dan yang syadaqah”.
Berikut adalah 6 jenis wanita yang tidak patut dikahwini:
1. Wanita Ananah
Wanita yang banyak mengomen. Apa yang diberi atau dilakukan suami untuk rumah tangga semuanya tidak kena dan sentiasa tidak berpuas hati.
2. Wanita Mananah
Wanita yang menidakkan jasa suami sebaliknya mendabik dada dialah yang banyak berkorban untuk rumah tangga. Dia suka mengungkit apa yang dilakukan untuk rumah tangga.
3. Wanita Hananah
Menyatakan kasih sayangnya kepada suaminya yang lain, yang dikahwini sebelum ini atau kepada anaknya dari suami yang lain dan dia berangan-angan untuk mendapatkan suami yang lebih baik dari suami yang sedia ada. Dalam kata lain wanita sebegini tidak bersyukur dengan jodohnya itu. Dia juga merendahkan kebolehan dan kemampuan suaminya.
4. Wanita Hadaqah
Melemparkan pandangan matanya pada sesuatu, lalu menyatakan keinginannya untuk memiliki barang atau sesuatu dengan memaksa suaminya untuk membeli. Wanita yang suka ikut nafsunya. Dia suka membandingkan dirinya dengan orang lain.
5. Wanita Basaqah
Wanita yang suka bersolek dan menghias diri bukan untuk suaminya tetapi untuk ditunjuk-tunjukkan kepada dunia. Wanita sebegini suka dipuji-puji. Kalau dia menjadi isteri orang yang ternama dialah yang yang menjadi ketua dalam kumpulan itu, orang lain tidak boleh mengatasi dirinya.
Wanita yang marah ketika makan, selalunya dia tidak mahu makan kecuali bersendirian dan diasingkan bahagiannya.
6. Wanita Syadaqah
Wanita yang suka bercakap banyak menyebabkan segala kerja yang dilakukan tidak menjadi.
Sumber : Blogammar
15 Tips pecah dara malam pertama suami isteri menurut Islam
foto hiasan
Menikah mempunyai banyak manfaat, diantaranya untuk menghindarkan manusia dari perbuatan zina. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallambersabda “Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia menikah, karena ia (menikah) dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu (menikah) hendaknya ia berpuasa, sebab ia (puasa) dapat mengendalikan (hawa nafsu) mu”.
Indahnya pernikahan, apabila dilakukan sesuai sunnah Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam. Keindahan pernikahan akanlah sia-sia jika kita sebagai ummat Muhammad SAW tidak mengerti adabnya, termasuk ketidakpahaman tentang apa yang harus dilakukan di malam pertama . Tentu jika tidak mengerti dan kita biarkan ketidakpahaman tersebut, bukan hanya mendatangkan dosa, tapi juga adzab dunia dan akhirat akan menimpa.
Untuk itu, berikut PHYLOPOP sarikan ringkasan dari kitab Adab Zifaf (Etika Pernikahan), karya Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, khususnya tentang bagaimana memperlakukan pasangan suami istri di malam pertama (honeymoon).
Pertama, saat pertama kali akan melakukan hubungan suami istri, hendaknya suami meletakkan tangannya pada kepala istrinya, seraya membaca basmalah dan doa untuk keberkahan, yaitu:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْها، وَبَارِكْ لَهَا فِيَّ
(Ya Allah berkahilah dia untukku, dan berkahilah aku untuknya)
dan doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
(Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah sungguh aku mohon pada-Mu kebaikan wanita ini, dan kebaikan tabiatnya. Dan aku memohon perlindungan-Mu dari keburukannya dan keburukan tabiatnya).
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam “Jika kalian telah menikahi wanita atau membeli budak, maka peganglah bagian depan kepalanya, ucapkanlah basmalah, berdoalah untuk keberkahannya, dan hendaklah ia mengucapkan… (Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah sungguh aku mohon pada-Mu kebaikan wanita ini, dan kebaikan tabiatnya. Dan aku memohon perlindungan-Mu dari keburukannya dan keburukan tabiatnya)”.
Kedua, shalat Sunnah dua raka’at bersama. Shalat sunnah ini dilakukan ketika akan melakukan hubungan suami istri untuk pertama kali. Kemudian berdo’a:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْ أَهْلِيْ، وَبَارِكْ ِلأَهْلِيْ فِيَّ، اللَّهُمَّ ارْزُقْهُمْ مِنِّيْ، وَارْزُقْنِيْ مِنْهُمْ
اللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ فِيْ خَيْرٍ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَّقْتَ فِيْ خَيْرٍ
(Ya Allah, berilah aku berkah dari istriku, (begitu pula sebaliknya) berilah istriku berkah dariku. Ya Allah, berilah mereka rizki dariku, (begitu pula sebaliknya) berilah aku rizki dari mereka. Ya Allah, kumpulkanlah kami jika itu baik bagi kami, dan pisahkanlah kami jika itu baik bagi kami).
Syaqiq bin Salamah mengatakan,
"Suatu hari datang lelaki, namanya Abu Huraiz, ia mengatakan: “Aku telah menikahi wanita muda dan perawan, tapi aku khawatir ia akan membuatku cekcok”, maka Abdullah bin Mas’ud r.a mengatakan, “Sesungguhnya kerukunan itu dari Allah, sedang percekcokan itu dari setan, ia (setan) ingin membuatmu benci dengan apa yang Allah halalkan bagimu. Jika kamu nanti menemuinya, maka suruh istrimu shalat dua rokaat dibelakangmu dan bacalah (Ya Allah, berilah aku berkah dari istriku, (begitu pula sebaliknya) berilah istriku berkah dariku. Ya Allah, berilah mereka rizki dariku, (begitu pula sebaliknya) berilah aku rizki dari mereka. Ya Allah, kumpulkanlah kami jika itu baik bagi kami, dan pisahkanlah kami jika itu baik bagi kami)“.
Ketiga, bermesraan dengan istri, sebelum berhubungan suami istri, misalnya dengan menyuguhkan minuman, atau yang lainnya.
Keempat, hendaklah (suami) berdo’a ketika menggauli istri. Do’a nya adalah:
بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
(Dengan nama Allah. Ya Alloh jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah setan dari anak yang engkau karuniakan pada kami).
Rasulullah bersabda,
“(Dengan nama Allah. Ya Alloh jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah setan dari anak yang engkau karuniakan pada kami). Do’a itu, apabila Allah berkehendak memberikan anak, niscaya setan tidak akan mampu membahayakan anak (itu) selamanya”.
Kelima, suami boleh menggauli istrinya di vagina sang istri, dari arah manapun si suami sukai, baik dari depan atau belakang. Sebagaimana firman Allah SWT, “Istri-istri kalian adalah ladang bagi kalian, maka datangilah ladang kalian itu dari mana saja kalian kehendaki” (QS. Al- Baqarah : 223)
Keenam, haram hukumnya bagi suami apabila (suami) menggauli istrinya di dubur istrinya. Hal itu merupakan dosa besar. Karena Rasulullah bersabda, “Terlaknat orang (suami) yang menggauli para wanita (yaitu istrinya) di dubur nya (yakni lubang anus)”. Syaikh Masyhur mengatakan, “Adapun orang yang menggauli istrinya di duburnya, maka ia telah melakukan tindakan yang melanggar syariat, baik asalnya maupun sifatnya, sehingga ia wajib bertaubat kepada Allah , dan tidak ada kaffarat (tebusan) baginya kecuali bertaubat kepada Allah “.
Ketujuh, berwudhu antara dua sesi berhubungan, dan lebih afdholnya mandi. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam, “Jika salah seorang dari kalian selesai menggauli istrinya, dan ingin menambah (melakukannya) lagi, maka hendaklah ia wudhu, karena itu lebih menggiatkannya untuk melakukannya lagi”.
Mandi lebih afdhol, karena hadits riwayat Abu Rofi’ ,
“Suatu hari Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam keliling mendatangi istri-istrinya, beliau mandi di istrinya yang ini, dan mandi lagi di istrinya yang ini. Lalu aku menanyakan hal itu kepada beliau Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam, “Wahai Rasulullah, mengapa tidak mandi sekali saja?”. Beliau Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Karena (mandi berkali-kali) itu, lebih bersih, lebih baik, dan lebih suci”. (HR. Abu Dawud dan yang lainnya, sanadnya hasan).
Kedelapan, suami istri diperbolehkan mandi bersama dalam satu tempat, meski saling melihat aurat masing-masing. Ada banyak hadits yang menerangkan hal ini, diantaranya.
Aisyah r.a mengatakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dari satu tempat air, tangan kami saling berebut, dan beliau mendahuluiku, hingga aku mengatakan, “Biarkan itu untukku, biarkan itu untukku”, ketika itu kami berdua sedang junub” .
Kesembilan, usai berhubungan, hendaklah berwudhu sebelum tidur, dan lebih afdholnya mandi. Karena hadits riwayat Abdulloah bin Qais , ia mengatakan: Aku pernah menanyakan kepada Aisyah , “Bagaimana Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam dahulu ketika junub, apakah mandi sebelum tidur, atau sebaliknya tidur sebelum mandi?”. Ia (Aisyah) menjawab, “Semuanya pernah beliau lakukan, kadang beliau mandi lalu tidur, dan kadang beliau wudhu lalu tidur”. Aku menambahi, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan perkara ini mudah”.
Kesepuluh, jika istri sedang haid, suami tetap boleh melakukan apa saja dengannya, kecuali jima’. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam, “Lakukan apa saja (dengan istri kalian) kecuali jima’”.
Kaffarat (tebusan) bagi orang yang menjima’ istrinya ketika istrinya sedang haid, sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas , Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang suami yang mendatangi istrinya ketika haid, maka Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Hendaklah ia bersedekah dengan satu dinar atau setengah dinar”. Syaikh Masyhur mengatakan, “Yang dimaksud dengan dinar dalam hadits itu adalah dinar emas, dan 1 dinar emas itu sama dengan 1 mitsqol, sedang 1 mitsqol itu sama dengan 4 ,24 gram emas murni”.
Kesebelas, ‘Azl (mengeluarkan sperma di luar vagina) diperbolehkan, meski lebih baik ditinggalkan.
Karena perkataan Jabir, “Dulu kami (para sahabat) melakukan ‘azl, di saat Alqur’an masih turun”. Dalam riwayat lain, “Kami (para sahabat) dulu melakukan ‘azl di masa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam (masih hidup), lalu kabar itu sampai kepada beliau Nabi Muhammad , akan tetapi beliau Nabi Muhammad tidak melarang kami (melakukan ‘azl)”.
Namun, lebih baik meninggalkannya sebagaimana sabda Rasulullah , “Azl itu pembunuhan yang samar”.
Kedua belas, setelah malam pertama menggauli istrinya, disunnahkan pada pagi harinya untuk silaturrahim mengunjungi para kerabatnya yang sebelumnya telah datang ke rumahnya, mengucapkan salam kepada mereka, mendoakan mereka, dan membalas kebaikan mereka dengan yang semestinya.
Sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Anas r.a, ia mengatakan, “Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mengadakan walimah (resepsi) saat malam pertama beliau menggauli Zainab. Beliau Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam mengenyangkan kaum muslimin dengan roti dan daging, lalu keluar mengunjungi para ibunda mukminin (isteri-isteri beliau yang lain), untuk mengucapkan salam dan mendoakan mereka, sebaliknya mereka juga memberikan salam dan mendoakan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau melakukan hal itu, pada pagi hari setelah malam pertamanya”. (HR. Bukhari).
Ketiga belas, keduanya (suami dan istri) wajib menggunakan kamar mandi yang ada di rumahnya, dan tidak boleh masuk kamar mandi umum, berdasarkan hadits Jabir r.a, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan memasukkan istrinya ke dalam kamar mandi umum”. (HR. Tirmidzi, sanadnya hasan).
Juga hadits riwayat Ummu Darda’, ia mengatakan, “Suatu hari, aku keluar dari kamar mandi umum, lalu Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam berpapasan denganku, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, “Wahai Ummu Darda’, dari mana?”. Ummu Darda’ menjawab, “Dari kamar mandi umum”. Maka beliau Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh, demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah seorang wanita menanggalkan pakaiannya di selain rumah salah satu ibunya, melainkan ia telah merusak tabir yang ada antara dia dan Tuhannya Yang Maha Penyayang”. (HR. Ahmad).
Keempat belas, kedua (suami dan istri) diharamkan menyebarkan rahasia kehidupan ranjangnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam , “Sungguh, orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat nanti, adalah orang yang membuka (aurat) istrinya dan istrinya membuka (aurat)nya, lalu ia menyebarkannya”. Imam Nawawi mengatakan, “Hadits ini menunjukkan haramnya menyebarkan cerita hubungan suami istri, dan merinci apa yang terjadi pada istrinya, seperti ucapan, perbuatan dan semisalnya.”
Adapun sekedar menyebutkan jima’ (secara global) tanpa ada manfaat dan tujuan, maka hukumnya makruh, karena itu tidak sesuai dengan muru’ah (akhlaq), padahal Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau (jika tidak), maka hendaklah ia diam”.
Tapi jika ia menyebutkan hal itu, karena adanya tujuan dan manfaat, seperti mengingkari ketidak-sukaannya pada istrinya, atau istrinya menuduh suaminya impoten, atau semisalnya, maka itu tidak makruh, sebagaimana sabda Rasulullah, “Sungguh aku akan melakukannya, aku dan istriku ini”. Begitu pula pertanyaan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Abu Tholhah, “Apa malam tadi, kalian telah menjalani malam pertama?” . Dan pesan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Jabir , “Semangat dan semangatlah”.
Kelima belas, mengadakan walimah (resepsi) wajib hukumnya setelah menjima’ istri, dengan dasar hadits Buraidah bin Hushoib r.a, bahwa ketika Ali bin Abi Thalib menikahi Fatimah Az-Zahra, Rasulullah mengatakan, “Pernikahan itu harus ada walimahnya (resepsi)”. Juga sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Abdurrahman bin Auf, “Adakanlah walimah, walau hanya dengan (menyembelih) seekor kambing”.
Sumber : Phylopop
Rahsia tidur di celah ketiak suami yang ramai isteri tak tahu
Manakala peratusan itu menurun drastik iaitu hanya tinggal 21.7% sahaja isteri yang masih tidur berbantalkan lengan suami selepas 10 tahun usia perkahwinan.
Rahsia kelebihan tidur berbantalkan
lengan suami (dicelah ketiak suami)
Tahukah para isteri, bahawa hormon bau phero (Pheromone) yang dirembes dari ketiak suami (lelaki) boleh mengaktifkan hormon isteri/wanita hingga membuat mereka merasa damai dan tenang? Malahan mampu menjadi penawar stres.
Dinyatakan bahawa sebenarnya hampir 65% bau badan suami/lelaki datang dari celahan ketiak dimana kelenjar phero paling aktif.
Kebiasaannya pheromone manusia terdapat di celah ketiak ketika perpeluhan berlaku. Penemuan saintis mendapati bahawa, wanita memilih lelaki yang bakal menjadi bapa kepada anaknya berdasarkan faktor-faktor PHEROMONE yang dimiliki oleh lelaki tersebut! Fakta ini memang menarik, bukankah begitu?
Jadi kepada para isteri semua, ketepikanlah bantal-bantal anda, tidurlah di atas lengan suami hingga ke pagi, hampirkan hidung di celahan ketiaknya.
Tidak dinafikan anda akan peroleh pengalaman yang cukup rileks dan tenang. Ianya tanda bahawa bau phero suami anda sedang bertindak balas dengan kelenjar hormon anda (pengalaman ini hanya perempuan sahaja yang tahu betapa asyik dan rileksnya).
Dari kajian itu juga menyatakan, isteri yang tidur di atas lengan suami akan tidur lebih lena dan mencapai tahap 7 hingga 8 dalam tahap lena tidur.
Peringatan untuk para suami/lelaki, sebaiknya janganlah dicukur bulu ketiak anda tetapi dicabut yang merupakan sunnah Nabi s.a.w, supaya liang-liang peluh dicelahan ketiak yang merupakan ejen penyebar bau phero yang di senangi wanita tersebut mudah dirembeskan.
Sebagai penutup, kepada para isteri yang mahu berasa nyaman di sisi suami tercinta, jangan lupa praktikkan tidur atas lengan suami pada malam ini ye!
Sumber : Paku Karat
Subscribe to:
Posts (Atom)