Pages

Tuesday, 19 May 2015

Ibu Bapa Jangan Gunakan Ayat Ini Bila Memarahi Anak-Anak. No 4 Yang Ramai Selalu Buat.


Orang tua terutama ibu adalah pendidik pertama dan utama untuk anak-anaknya, oleh karena itu, sebagai orang tua kita perlu terus belajar agar bisa mendidik anak-anak kita sesuai dengan zaman di mana mereka hidup...

Khalifah Kedua Umat Islam, Umar bin Khaththab berpesan “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu,”. Pesan yang singkat dan mudah diingat...

Cara mendidik anak salah satunya melalui lisan, melalui lisan nasihat dan larangan tersampaikan. Namun sayang, banyak orang tua khususnya ibu, yang belum memahami pentingnya menjaga dan memilih kata-kata yang terucap di depan anak. Kata-kata yang terucap dapat berpengaruh pada perkembangan diri, psikologis, dan konsep diri anak...

Di bawah ini ada 8 hal yang sebaiknya tidak dikatakan kepada anak, terutama kepada anak berusia di bawah tujuh tahun:

1. Mengatakan Pernyataan Negatif tentang Diri Anak
“Kamu anak nakal!”
“Kamu pemalas!”
“Kamu anak pelit!”
“Kamu anak bodoh!”
Contoh pernyataan negatif tersebut dapat menyakiti perasaan anak-anak. Mereka akan menjadi seperti yang orang tua mereka katakan. Sungguh berbahaya, mengingat kata-kata seorang ibu bisa berarti doa untuk anak-anaknya.,..

Katakanlah hal-hal positif kepada anak. Misalnya jika anak menerima nilai buruk, jangan mengatakan, “Kamu anak bodoh!”; Katakanlah sesuatu yang lain. Sebagai contoh, katakanlah, “Jika kamu belajar lebih baik, kamu akan mendapatkan nilai yang lebih baik karena kamu sebetulnya adalah anak pintar.” Bukankah kata-kata seperti ini akan lebih menenangkan hati anak kita???

2. Jangan katakan “Jangan Ganggu, Ibu lagi Sibuk!!!”
Kata-kata tersebut terdengar sangat normal. Seorang ibu sibuk memasak di rumahnya. Atau ayah sibuk membaca berita menarik di koran. Atau mungkin juga melanjutkan tugas yang dibawa dari kantor. Lalu ia mengunci diri di kamarnya. Tiba-tiba anak datang dan meminta dia untuk sebuah bantuan. Dalam situasi yang ketat, orang tua dapat berteriak pada anak itu, “Jangan ganggu! Ayah/Ibu lagi sibuk!!!”

Menurut seorang penulis yang juga seorang pelatih bela diri verbal, Suzette Haden Elgin PhD, jika orang tua bertindak seperti itu, anak-anak mungkin merasa tidak berarti karena jika mereka meminta sesuatu pada orang tua mereka, mereka akan diberitahu untuk pergi...
Coba bayangkan, jika sikap seperti itu diterapkan pada anak-anak kita, maka sampai mereka tumbuh dewasa, kemungkinan besar mereka akan merasa tidak ada gunanya berbicara dengan orangtua...

Jika memang sedang benar-benar sibuk, cobalah alihkan perhatian anak-anak untuk melakukan kegiatan lain sebelum kita membantu mereka. Misalnya, jika mereka meminta bantuan dalam melakukan pekerjaan rumah mereka dan kondisinya kita sedang benar-benar sibuk, mintalah mereka untuk melakukan aktivitas lain terlebih dahulu seperti bermain atau nonton tv. Jika kesibukan sudah berlalu, datangilah anak anda dan tanyakan dengan lembut bantuan apa yang mereka perlukan...

3. Jangan katakan “Jangan Menangis!”
Ketika anak-anak menangis atau bersedih ketika bertengkar dengan teman-temannya. Tidak perlu untuk memarahi atau meminta anak-anak anda untuk tidak cengeng. Banyak anak yang mengalami hal tersebut, orang tua mengatakan pada mereka, “Jangan cengeng!”, “Jangan sedih!”, “Jangan takut!”
Menurut seorang psikolog anak, Debbie Glasser, mengatakan kata-kata tersebut akan mengajarkan anak-anak bahwa perasaan sedih adalah sesuatu hal yang tidak umum, bahwa menangis bukanlah hal yang baik, padahal menangis adalah merupakan ekspresi dari emosi tertentu yang setiap manusia miliki...

Untuk menanggapinya, akan lebih baik untuk meminta anak-anak menjelaskan apa yang membuat mereka sedih. Jika mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh teman-teman mereka, jelaskan pada mereka bahwa perilaku teman-teman mereka adalah tidak baik, jangan dicontoh...
Dengan memberikan penjelasan seperti itu orang tua telah memberikan mereka pelajaran empati. Anak-anak yang menangis akan segera menghentikan atau setidaknya mengurangi tangisan mereka.

4. Jangan Membanding-bandingkan Anak
“Lihatlah temanmu, dia bisa melakukannya dengan cepat. Mengapa kamu tidak bisa melakukannya juga?”
“Temanmu bisa menggambar dengan bagus, kenapa kamu tidak?”
“Dulu ketika kecil ibu bisa begini begitu, masa kamu tidak bisa?!”
Membanding-bandingkan hanya akan membuat anak anda merasa bingung dan menjadi kurang percaya diri. Anak-anak bahkan mungkin membenci orang tua mereka karena mereka selalu mendapatkan penilaian buruk dari perbandingan tersebut, sedangkan perkembangan setiap anak berbeda.

Daripada membandingkan, orang tua sebaiknya membantu untuk menyelesaikan persoalannya. Misalnya, ketika anak mengalami masalah mengenakan pakaian mereka sementara teman atau tetangganya yang seusia dengannya bisa melakukannya lebih cepat, orang tua harus membantu mereka untuk melakukannya secara benar.

5. Jangan katakan “Tunggu Ayah Pulang! Biar kamu dihukum ayah”
Adakalanya seorang ibu berada di rumah bersama anak-anaknya sementara ayah tidak berada di rumah. Ketika anak melakukan kesalahan, ibu tidak segera memberitahu anak-anak tentang kesalahan yang mereka buat. Si ibu hanya mengatakan, “Tunggu sampai ayahmu pulang.” Ini berarti menunggu sampai ayahnya yang akan menghukum nanti.

Menunda mengatakan kesalahan hanya akan memperburuk keadaan. Ada kemungkinan bahwa ketika seorang ibu menceritakan kembali kesalahan yang dilakukan anak-anak mereka, ibu malah membesar-besarkan sehingga anak-anak menerima hukuman yang lebih dari seharusnya.
Ada kemungkinan juga orang tua menjadi lupa kesalahan anak-anak mereka, sehingga kesalahan yang seharusnya dikoreksi terabaikan. Oleh karena itu, akan lebih baik untuk tidak menunda dalam mengoreksi kesalahan yang dilakukan anak-anak sebelum menjadi lupa sama sekali, dan koreksilah dengan cara bijaksana melalui nasihat yang bijak.

6. Jangan Terlalu mudah dan berlebihan memberi pujian
Memberikan pujian dengan mudah juga bukan hal yang baik. Memberikan pujian dengan mudah akan terkesan “murah”. Oleh karena itu jika seorang anak melakukan sesuatu yang sederhana, tidak perlu memuji dengan “Kamu Hebat! Luar Biasa!” Karena anak secara alamiah akan mengetahui hal-hal yang dia lakukan dengan biasa-biasa saja atau luar biasa.

Pujilah sikap anak kita, dan jangan memuji dirinya atau hasil perbuatannya. Sekiranya ia mendapat hasil bagus di sekolah, pujilah “Alhamdulillaah, Ibu bangga dengan kerja keras kamu sehingga kamu mendapat nilai baik!”
Jika kita memuji hasil yang dilakukan anak dan bukan sikapnya, sangat mungkin anak kita akan berfokus pada hasil dan tidak peduli dengan sikap/ karakter yang baik, misalnya… demi mendapat nilai ujian bagus, anak akan mencontek ketika ujian.

7. Jangan Katakan “Kamu tidak pernah..” atau “Kamu Selalu..”
Kalimat lain yang tidak perlu dilontarkan adalah "Kamu selalu...." atau "Kamu tidak pernah...".
Kalimat tersebut kadang refleks diucapkan orangtua ketika merasa kesal dengan kebiasaan kurang baik yang sering dilakukan anaknya...

"Hati-hati, kedua kata-kata itu ada makna di dalamnya. Di dalam pernyataan "Kamu selalu..." dan "Kamu tidak pernah" adalah label yang bisa melekat selamanya di dalam diri anak," ujar Jenn Berman PhD, seorang psikoterapis...

Kedua pernyataan yang dilontarkan oleh orang tua tadi akan membentuk kepribadian anak. Anak-anak akan menjadi seperti apa yang dikatakan terhadap dirinya...

Lebih baik bertanyalah kepada anak tentang apa yang bisa orangtua lakukan untuk membantu dia mengubah kebiasaannya. Misalnya, 'Ibu perhatikan kamu sering lupa membawa pulang buku pelajaran ke rumah. Apa yang bisa Ibu bantu supaya kamu ingat untuk membawa bukumu pulang?'. Pernyataan seperti itu akan membuat anak merasa terbantu dan nyaman...

8. Jangan katakan “Bukan begitu caranya, sini biar ibu saja!”
Jangan katakan "Bukan begitu caranya. Sini, biar Ibu saja." Biasanya orangtua mengeluarkan pernyataan ini jika mereka meminta anak membantu sebuah pekerjaan, namun anak tidak melakukannya dengan benar...

Jenn Berman, PhD memberi saran "Ini sebuah kesalahan, karena anak menjadi tidak belajar bagaimana caranya. Daripada berkata demikian, lebih baik ibu melakukan langkah kolaboratif dengan mengajak anak melakukan pekerjaan itu bersama sambil ibu menjelaskan bagaimana cara melakukannya,"...(ummi)

Hukum menjilat kemaluan isteri yang ramai suami tidak tahu

Allah s.w.t menciptakan tubuh manusia dengan fungsi masing-masing. Justeru Islam melarang dari mendatangi isteri dari ‘duburnya’ dan juga semasa haid atau nifas, kesemua pengharaman ini mempunyai dalil dan nas yang khusus. Namun isu ‘oral seks’ tidak mempunyai dalil khusus yang melarang, ini menyebabkan berlakunya perbezaan pendapat di kalangan ulama Islam.

Ulama sepakat bahawa jika sekadar menyentuh atau menggosok kemaluan suami dan isteri tanpa ‘oral seks’, adalah dibenarkan menurut para ulama Islam kerana ia tergolong dalam bentuk aktiviti menaikkan syahwat antara suami isteri yang diharuskan.

Berkenaan isu oral seks, ulama terbahagi kepada dua kumpulan :-

Yang mengharuskan :

Dr Syeikh Yusof Al-Qaradawi (rujuk http://www.islamonline.net) berfatwa harus untuk mencium kemaluan isteri atau suami dengan syarat tidak menghisap atau menelan apa jua ceceair yang keluar darinya. Menelan atau menghisap sebegini adalah MAKRUH disisi Islam kerana ia salah satu bentuk perlakuan zalim (meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya) dan melampaui batas dalam hubungan seksual.

Apa yang pasti diharamkan menurut beliau adalah ‘anal sex’ atau seks melalui lubang dubur, kerana terdapat nas yang jelas mengharamkannya, adapun ‘oral seks’ tiada sebarang nas jelas dari Al-Quran dan hadis yang melarangnya.

Pandangan ‘harus’ atau boleh dilakukan ini dikongsi oleh Mufti Mesir, Syeikh Dr Ali Al-Jumaah dan juga Dr. Sabri ‘Abdul Ra’ouf (Prof Fiqh di Univ Al-Azhar) apabila mereka menegaskan, tindakan ini harus selagi mana ianya benar-benar dirasakan perlu bagi menghadirkan kepuasan kepada pasangan suami dan isteri, terutamanya jika ia dapat menghindarkan pasangan ini dari ketidakpuasan yang boleh membawa mereka ke lembah zina kelak.


foto hiasan

Perbincangan ringkas

Namun begitu, saya kira kesemua mereka yang mengharuskan termasuk Syeikh Yusof Al-Qaradawi tidak pula menghuraikan satu isu yang mungkin boleh dipanjangkan perbahasannya, iaitu bab kenajisan air mazi dan air mani.

Justeru, saya mengira fatwa beliau mungkin boleh digunakan jika dalam keadaan tiada sebarang ceceair dikeluarkan semasa aktivti oral sex ini dilakukan. Namun keadaan ini dikira sukar berlaku kerana bagi seseorang yang normal, nafsu yang meningkat pastinya akan mengeluarkan cecair pelincir iaitu mazi.

Air mani lelaki dan wanita dianggap najis menurut mazhab Hanafi dan Maliki. Mazhab Syafie dan Hanbali pula mengganggapnya suci.

Namun semua ulama bersetuju air mazi adalah najis. Hasilnya, majoriti pandangan ulama yang menyatakan menelan dan hisap termasuk cecair mazi ini adalah haram atau makruh berat. Beberapa ulama kontemporari menegaskan perlu membasuh dengan segera jika terkena mazi tadi.

Mazi ibarat najis lain yang dianggap kotor dalam Islam, justeru haram memakan tahi, meminum air kencing dan termasuk juga air mazi ini. Bukan sekadar haram memakan najis malah ulama empat mazhab juga memfatwakan haram menjual najis (kecuali diketika wujudnya teknologi untuk menggunakannya sebagai baja), apatah lagi untuk menjilat, hisap dan menelannya. Sudah tentulah ia lebih lagi diharamkan.

Selain itu, menurut undang-undang Malaysia juga ia adalah satu perara yang tidak normal, khusus buat orang yang agak luar biasa nafsunya.

“Oral seks” juga tergolong dalam kategori perlakuan seks luar tabie, ia adalah salah menurut Seksyen 377B Kanun Keseksaan dan jika sabit kesalahan boleh dikenakan hukuman sebat dan 20 tahun penjara.

Justeru, mana-mana pasangan kekasih yang melakukan perkara ini, boleh dilaporkan dan diambil tindakan oleh undang-undang Malaysia. Dari sudut undang-uhdang Islam, ia dikira berdosa besar dan bolehlah dijadikan sebat dan 20 tahun penjara tadi sebagai peruntukan ta’zir di dalam Islam bagi mereka yang sabit bersalah.

Ulama Yang Mengharamkan

Kebanyakan ulama Saudi mengharamkan perbuatan ini, ini dapat dilihat dari fatwa-fatwa berikut [1] :-

Mufti Saudi Arabia bahagian Selatan, Asy-Syaikh Al’Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi menjawab sebagai berikut,

“Adapun hisapan isteri terhadap kemaluan suaminya (oral sex), maka ini adalah haram, tidak dibolehkan. Ini Kerana ia (kemaluan suami) dapat memancarkan mani, mazi dan lain-lain. Kalau memancar, maka akan keluar darinya air mazi yang ia najis menurut kesepakatan (ulama’). Apabila (air mazi itu) masuk ke dalam mulutnya lalu ke perutnya maka boleh jadi akan menyebabkan penyakit baginya.

Melalui pandangan ini, kita dapat melihat satu point yang penting, iaitu sejauh mana tindakan ini boleh memberikan kesan buruk kepada kesihatan pasangan. Menurut pembacaan saya, ulama yang membolehkan perilaku ini juga bersetuju untuk mengganggapnya haram jika dapat dipastikan dan dibuktikan dari sudut saintifik, ia boleh membawa bakteria dan menyebabkan penyakit yang serius.

Saya teringat pakar sakit puan, Dr Ismail Thambi pernah menyatakan bahawa bakteria yang berada di mulut adalah sangat banyak berbanding di kemaluan, justeru beliau menyatakan tindakan ‘oral sex’ dibimbangi boleh membawa penyakit kemaluan disebabkan bahagian mulut pasangan yang mempunyai banyak bakteria dan kuman.

Selain itu, seorang lagi ilmuan Islam iaitu Syeikh Nasiruddin Albani berkata :-

“Ini adalah perbuatan sebahagian binatang, seperti anjing. Dan kita mempunyai dasar umum bahawa di dalam banyak hadits, Ar-Rasul melarang untuk tasyabbuh (menyerupai) haiwan-haiwan, seperti larangan beliau turun (sujud) seperti turunnya unta, dan menoleh seperti tolehan serigala dan mematuk seperti patukan burung gagak. Dan telah dimaklumi pula bahawa Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam telah melarang untuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang kafir, maka diambil juga daripada makna larangan tersebut pelarangan tasyabbuh dengan haiwan-haiwan-sebagai penguat yang telah lalu, apalagi haiwan yang telah diketahui keburukan tabiatnya. Maka sewajarnya seorang muslim – dan keadaannya seperti ini – merasa tinggi untuk menyerupai haiwan-haiwan”

Namun, pendapat peribadi saya mendapati pandangan dan dalil yang digunapakai oleh Syeikh Albani ini adalah tidak begitu kukuh, namun saya tidak berhasrat untuk membincangkannya dengan panjang lebar di ruang ini.

Tindakan men’generalize’ semua jenis persamaan (tasyyabbuh) sebagai haram secara total juga boleh didebatkan kesohihannya. Demikian juga menyamakannya dengan perilaku binatang, benarkah binatang melakukan ‘oral seks’?, jika sekadar menjilat mungkin ye, namun menghisap kemaluan si jantan? Adakah binatang yang melakukannya?. Saya tidak pasti. Bagaimana pula binatang ada juga yang mencium dan memeluk pasangannya. Adakah mencium dan memeluk juga diharamkan kerana menyerupai binatang.? Sudah tentu tidak.

Kesimpulan

Melalui perbincangan dan pendedahan ringkas di atas, jelas kepada kita perbezaan dua kumpulan ulama ini. Dari hasil penelitian terhadap pendapat mereka bolehlah saya rumuskan bahawa :-

1) Elok dijauhi aktiviti ini dan menghadkan kepada perilaku seks yang lebih sihat bersama pasangan. Ini bagi menjauhi perkara khilaf.

2) Harus bagi suami isteri untuk mencumbu kemaluan pasangan mereka dengan syarat tidak menghisap, jilat dan menelan apa jua cecair. Ia juga dituntut untuk membersihkan mulut dan kemaluan mereka sebelum melakukan aktiviti ini sebaik mungkin bagai meninimakan kemungkinan penyakit. Namun ia makruh yang cenderung kepada haram (makruh tahrimi) jika perbuatan ini sengaja untuk meniru-meniru perbuatan aksi seks melampau golongan bukan Islam dan juga binatang.

3) Haram hukumnya menelan mazi dan mani pasangan kerana Islam mengharamkan umatnya dari melakukan perkara kotor sebegini, sama juga seperti diharamkan menjual najis (kecuali baja yang akan diproses melalui dengan bahagian kimia)

4) Hukumnya menjadi harus berdasarkan keringanan khusus yang diberi oleh Islam atau disebut ‘rukhshah’ kepada pasangan yang amat perlukannya bagi mengelakkan ketidakpuasan dan membawa masalah besar rumah tangga atau lebih dahsyat lagi, zina secara rambang diluar rumah.

5) Hukum melakukannya bersama pasangan kekasih atau mana-mana pasangan sebelum nikah yang sah adalah haram, dosa besar dan boleh didakwa dengan hukuman 20 tahun penajara di Malaysia. Namun ia tidak dianggap berzina dalam erti kata dan takrif zina yang disebut di dalam kitab-kitab Fiqh Islam. Ia hanya dianggap sebagai muqaddimah zina atau perdahuluan zina. Dalam kaedah fiqh Islam, “Apa-apa yang membawa kepada haram, hukumnya adalah haram jua”

Sebagai akhirnya, selain dari membincangkan soal hukum, kita mesti jelas bahawa hukum Islam sentiasa ingin melahirkan keutuhan rumah tangga dan masyarakat. Kita mesti sedar dan berfikir samada tindakan oral seks ini benar-benar membawa sesuatu yang berharga buat keharmonian rumahtangga kita, dan apa pula kesannya kepada nafsu diri. Adakah ia semakin mampu dikawal atau semakin buas sebenarnya.
Kita bimbang, tindakan ini boleh membawa kepada keinginan nafsu yang semakin membara dan tidak terkawal sehingga membahayakan diri dan masyaarakat di sekeliling kita disebabkan nafsu buas dan luar biasa yang sentiasa dilayan ini. Layanlah nafsu secara berpada-pada agar tidak ditawan olehnya kelak.
Sumber : Jalanakhirat

Habiskan 12 Tahun Rakam Janin Membesar

23 gambar berikut adalah hasil usaha jurugambar dari Sweden bernama Lennart Nilsson yang menghabiskan 12 tahun hidupnya mengambil gambar janin yang sedang membesar di dalam rahim.
Gambar-gambar yang luar biasa ini telah diambil dengan menggunakan kamera konvensional berserta kanta makro, sebuah endoskop dan pengimbas elektron mikroskop. Foto pertama daripada janin manusia telah diambil pada tahun 1965.
1. Sperma di saluran tiub fallopia
embrio-1
2. Tengah dating?
embrio-2
3. Inilah tiub fallopia dari dekat
embrio-3
4. 2 sperma sedang bersaing hebat untuk memasuki telur. Siapa sampai dulu dialah juara!
embrio-4
5. Nampaknya sperma ini adalah juaranya.
embrio-5
6. Meraikan detik kejayaan satu perjuangan. Seorag insan bakal dijadikan.
embrio-6
7. Hari ke 8 selepas persenyawaan. Embrio melekat di dinding uterus.
embrio-7
8. Bahagian otak mula tumbuh membentuk pada embrio (janin)
embrio-8
9. 24 hari selepas persenyawaan. Janin yang mula terbentuk ini masih belum memiliki tengkorak. Degupan jantung pula mula berdetik pada hari ke 18.
embrio-9
10. Pada usia 4 minggu.
embrio-10
11. Janin ketika berusia 5 minggu. Ia kini bersaiz sekitar 9mm. Perhatikan lubang-lubang itu. Ia adalah pembentukan mata, hidung dan mulut.
embrio-11
12. Hari ke 40. Sel embrio membentuk plasenta. Organ ini menghubungkan embrio pada dinding rahim dan membenarkan pengambilan nutrien, penyingkiran sisa buangan dan pertukaran gas melalui bekalan darah si ibu.
embrio-12
13. Minggu ke 8. Janin yang sedang giat berkembang dilindungi dalam kantung rahim.
embrio-13
14. Pada usia 16 minggu. Janin menggunakan tangannya untuk meneroka badannya sendiri.
embrio14
15. Dan meneroka persekitarannya.
embrio-14
16. Rangka yang terbentuk terdiri daripada tulang rawan yang fleksibel. Rangkaian salur darah boleh dilihat melalui kulit janin yang nipis.
embrio-15
17. Minggu ke 18. Saiz janin kini sekitar 14cm. Kini ia boleh mendengar bunyi dari dunia luar.
embrio-16
18. Minggu ke 19.
embrio-17
19. Minggu ke 20. Kini saiz janin membesar ke sekitar 20cm. Rambut berbulu yang dikenali sebagai lanugo mula meliputi seluruh kepala.
embrio-18
20. Ini berusia 24 minggu.
embrio-19
21. Ini pula pada minggu ke 26.
embrio-20
22. Kini sudah berusia 6 bulan. Bayi kecil ini sudah mulai bersedia untuk melihat dunia. Kini ia berpusing di kedudukan kepala di bawah dan kaki di atas agar boleh melalui proses kelahiran yang lebih mudah.
embrio-21
23. Minggu ke 36. Bayi ini bakal melihat dunia dalam masa 4 minggu lagi.
embrio-22
Sumber : So Bad So Good
Dan ini pula adalah video bagaimana bahagian organ dalaman seorang wanita hamil berubah sewaktu didalam tempoh kehamilan mereka.

http://youtu.be/wvziGJEPQjU

Hukum wanita hamil anak luar nikah menurut Islam

Assalamu'alaikum, kali saya menulis tentang hukum hamil di luar nikah menurut islam terkadang qta menganggap remeh kejadian hamil di luar nikah ini..
mungkin kebanyakan orang sekarang lebih simpelnya anaknya yang hamil di luar nikah langsung aje di nikahin stelah nikah urusan beres aduuuuuhhh......
mungkin lebih jelasnya baca saja artikel ana ini ye........

Hamil di luar nikah, menurut islam bagaimana hukumnya?

Jawab :
Haram hukumnya seorang laki-laki menikahi seorang wanita yang sedang mengandung anak dari orang lain. Karena hal itu akan mengakibatkan rancunya nasab anak tersebut.
Dalilnya adalah beberapa nash berikut ini:

Nabi SAW bersabda, "Janganlah disetubuhi (dikawini) seorang wanita hamil (karena zina)"
Nabi SAW bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan airnya pada tanaman orang lain." (HR Abu Daud dan Tirmizy)Adapun bila wanita yang hamil itu dinikahi oleh laki-laki yang menghamilinya di luar nikah, maka umumnya para ulama membolehkannya, dengan beberapa varisasi detail pendapat :

Pendapat Imam Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah menyebutkan bahwa bila yang menikahi wanita hamil itu adalah laki-laki yang menghamilinya, hukumnya boleh. Sedangkan kalau yang menikahinya itu bukan laki-laki yang menghamilinya, maka laki-laki itu tidak boleh menggaulinya hingga melahirkan.

Pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan laki-laki yang tidak menghamili tidak boleh mengawini wanita yang hamil. Kecuali setelah wanita hamil itu melahirkan dan telah habis masa 'iddahnya. Imam Ahmad menambahkan satu syarat lagi, yaitu wanita tersebut harus sudah tobat dari dosa zinanya. Jika belum bertobat dari dosa zina, maka dia masih boleh menikah dengan siapa pun. Demikian disebutkan di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhazzab karya Al-Imam An- Nawawi, jus XVI halaman 253.

Pendapat Imam Asy-Syafi'i Adapun Al-Imam Asy-syafi'i, pendapat beliau adalah bahwa baik laki-laki yang menghamili atau pun yang tidak menghamili, dibolehkan menikahinya. Sebagaimana tercantum di dalam kitab Al-Muhazzab karya Abu Ishaq Asy- Syairazi juz II halaman 43.

Undang-undang Perkawinan RI Dalam Kompilasi Hukum Islam dengan instruksi presiden RI no. 1 tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan keputusan Menteri Agama RI no. 154 tahun 1991 telah disebutkan hal-hal berikut:

Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya.
Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.

Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.Semua pendapat yang menghalalkan wanita hamil di luar nikah dikawinkan dengan laki-laki yang menghamilinya, berangkat dari beberapa nash berikut ini :

Dari Aisyah ra berkata,`Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda,`Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal`. (HR Tabarany dan Daruquthuny).

Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,`Isteriku ini seorang yang suka berzina`. Beliau menjawab,`Ceraikan dia`. `Tapi aku takut memberatkan diriku`. `Kalau begitu mut`ahilah dia`. (HR Abu Daud dan An- Nasa`i) ...............................................................................

Apakah hukumnya jika wanita yang hamil diluar nikah itu ditikahkan? Kemudian apa status anak tersebut secara humum Islam ?

Untuk masalah tersebut, tidak ada ayat Qur’an atau Hadits yang menegaskan untuk masalah ini. Sehingga melahirkan 2 pendapat.

Pendapat Yang Membolehkan
Dari Imam As-Syafi’I, syaratnya kedua keluarga dan pasangan tersebut tidak mengekspos kepada yang lain, cukup mereka dan pihak Kantor Urusan Agama. Tujuannya, supaya yang lain tidak melakukan perbuatan yang sama. 

Ulama yang membolehkan juga menggambarkan, misal wanita yang dihamili oleh si A, boleh dinikahi oleh si A walaupun belum lepas masa iddah karena masa iddah dipandang untuk memperjelas siapa ayah biologis si anak karena selama masa iddah, si wanita tidak disentuh oleh siapapun. Jadi, laki laki yang berzina dengan seorang wanita, kemudian wanita tersebut hamil, maka laki-laki itu boleh menikahi wanita itu, karena sudah jelas bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anak laki-laki tersebut.

Riwayat Sebuah Hadits
" Sesungguhnya Ummar pernah pukul seorang laki-laki dan wanita yang berzina, kemudian Ummar menyuruhnya untuk menikahi, akan tetapi laki-laki tersebut menolaknya (Al-Mughni) "

Pendapat Yang Melarang atau Mengharamkan
Sebagian ulama lagi mengatakan tidak halal untuk ditikahkan, walaupun laki-laki tersebut yang menghamilinya, kecuali jika wanita tersebut telah melahirkan.

Surat At-Thalaq ayat 4,
" . . . . wanita yang mengandung, iddahnya adalah setelah dia melahirkan anaknya "

Begitu juga melalui riwayat sebuah hadits, dari Imam Ibnu Quda’mah Al Maqdasi di dalam Asy-Syarhul Kabier 7 : 502

" . . . tidak boleh dicampuri seorang wanita yang hamil, kecuali setelah dia melahirkan "

Ada juga dari sebuah hadits

" Seorang laki-laki yang berhubungan badan dengan seorang wanita lalu wanita tersebut mengandung, kemudian dia bertanya kepada Rasul SAW, lalu nabi berkata, pisahkan mereka."

Imam Ibnu Taimiyah, sebelum bayi tersebut lahir atau istibro lalu bersih dari nifas.

Dari Ibnu Abbas R.A.

" Seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya istriku tidak menolak dengan tangan penyentuh, Nabi bersabda “ceraikanlah dia”, lalu si laki-laki berkata “nafsuku kepadanya”. Nabi bersabda, kalau begitu bersenang-senanglah dengannya ”

Hanya saja, untuk kesimpulan permasalahan diatas, jika ingin selamat maka tunggulah sampai wanita hamil tersebut melahirkan anaknya, atau sampai haid sekali, bahkan lebih baik lagi jika melewati dulu 3 kali masa haid.

Adapun Status anak tersebut di dalam Islam
Anak tersebut tidak mendapatkan hak wali, juga tidak mendapatkan hak waris dari garis Ayahnya, kalau dari garis Ibu, kakek dan neneknya dia mendapatkannya.
Sumber : Imambuqori